Friday 29 July 2011

Kebersamaan Allah.


Saya sangat suka satu kata-kata yang selalu diungkapkan oleh murabbi saya. Kata-kata yang seringkali memberi inspirasi kepada saya agar terus tegar berada di jalan dakwah.


Agar kita terus tegar menyeru manusia agar mengabdikan diri kepada Allah. Menafikan segala sembahan-sembahan lain yang berada di bumi ini dan menjadikan hanyasanya Allah sebagi sembahan.


Ketika tu, saya masih baru dalam dunia dakwah. Masih lagi bayi yang masih merangkak-rangkak untuk memahami apakah dakwah. Masa tu pun, setiap kali usrah je, mesti bincang masalah je,  lansung tak ada bahan secara rasmi.


Ungkapan itulah yang selalu murabbi saya ulang-ulangkan,

" Ikhwah fillah, jalan-jalan yang kita lalui ini, tidaklah menjanjikan syurga buat kita. Sekali-kali tidak ! Tapi ikhwah, jalan-jalan yang kita sedang lalui ini (jalan dakwah) membuka peluang kepada kita untuk bertemu orang-orang soleh. membuka peluang kepada kita untuk beramal. Membuka peluang kepada kita, untuk kita merasai nikmatnya mengadu keperitan yang kita hadapi kepada Pencipta kita. "

Hari ini, saya betul-betul merasai apa yang diucapkan oleh murabbi saya keapda saya.






Saudaraku,


Memang begitu hakikat jalan dakwah ini.


Tidak ramai yang mahu serius dalam dakwah ini.


Tidak ramai manusia yang mahu bersama-sama dalam dakwah ini.


Memang dakwah ini amat-amat membutuhkan tenaga kita, wang kita, kecerdasan kita, air mata kita dan segala aset yang ada pada diri kita, semuanya disedut oleh dakwah.


Kita akan disakiti, kita akan dibenci, kita akan dipandang dengan pandangan yang jelek.


Kalau itu tidak kita rasai, ketahuilah, kita masih belum serius untuk dakwah ini.



Namun saudaraku, di sinilah perlunya kita untuk merasai kebersamaan Allah disamping kita. Kita takkan sekali-kali merasa kecewa, andai orang tidak mahu menyahut seruan kita.


Kita tidak sekali-kali akan putus ada, kerana kita jelas bahawa, 


" dakwah aku kerana Allah Taala. "


Betapa tegarnya Rasulullah menyeru manusia kepad Allah, kerana baginda yakin bahawa Allah bersama-sama dengan baginda.


Betapa beraninya Abu Bakar mengikut Rasulullah berhujrah bersama-sama Rasulullah, kerana merasai kebersamaan Allah bersama mereka.



Saudaraku,


Untuk kita merasai kebersamaan Allah, perlunya ada pada diri kita merasakan bahawa kita diperhatikan Allah dalam setiap tindakan kita.


Duduk kita, berdirinya kita, baringnya kita, tatkala kita ramai mahupun berseorangan, kita tetap merasakan Allah memerhatikan kita.


Tatkala kita merasakan kita keseorangan dalam dakwah ini, kita yakin yang Allah memerhatikan kita. Malah Allah menenangkan diri kita dengan ayat-ayat cinta dari Allah,


" Beramallah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan. "  ( At-taubah : 105) 



" Teruslah bergerak wahai diri. Kerana tatkala kamu merasainya perit dakwah ini, di saat itulah Allah sangat dekat dengan dirimu. "

Monday 25 July 2011

Melihat mereka, tanyalah diri kita.



Bismillaahirrahmaanirrahiim

Satu hari, masa tengah lepak-lepak, seorang kawan tanya aku.

 " Sebab apa kita puasa eh? "


Dan aku lontarkan kembali pertanyaan kepadanya,

” Erm, kau rasa sebab apa kita puasa ? “

Mulalah dia kongsikan dengan aku segala teori-teori yang dia ada.

” Wah ! Mantap gila ko. Tak sia-sia ko ikut usrah selama ni kan. Tak sia-sia murabbi ko didik ko selama ni. Sesungguhnya beruntunglah orang yang ikut usrah, sebab banyak sangat teori yang kita dapat. Tinggal nak praktikkan je. ” (sinis) ^^,

“Cuba ko bukak surah Al-Baqarah ayat 183. Ce tengok apa yang Allah bagitau.


" Hai orang-orang beriman, diwajibkan bagimu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan pada orang-orang sebelum kamu. Mudah-mudahan kamu bertakwa. "


Dalam tu kan Allah dah ceritakan sebab apa kita kena puasa. Seharian kita menahan diri dari makan dan minum, dan dari menuruti hawa nafsu kita, agar kita bertakwa.

Natijah dari puasa sepatutnya melahirkan insan-insan yang bertakwa. Yang mengikut segala perintah Allah, ikuti apa yang Allah suruh dan menjauhi apa yang Allah larang.

Kerana puasa = TAKWA !

Tapi kan, kenapa ramai je yang puasa, tapi masih juga tak bertakwa. Buat juga dosa. Kalau tengok kat beberapa masjid, siap buat lagi iftor untuk puasa sunat, tapi orang tetap juga buat maksiat.

Kenapa masih ramai lagi yang tak tutup aurat, yang lengah-lengahkan solat, yang suka buat benda-benda lagho. Apa pendapat ko?

Erm, ko nak aku sorohah (berterus-terang) atau nak aku guna ayat ikhwah?

Pergh, sorohah je la. Sorohah pun ayat ikhwah pe?

Kalau tanya pendapat aku, sepatutnya yang patut dipersalahkan bukan dorang tu. Tapi kita la. Kita yang malas buat kerja sungguh-sungguh. Salah kita tak ajak dorang tu join usrah. Kita yang duduk dalam usrah ni best gila kan, dapat tau kenapa kena puasa.


Tau apa natijahnya. Tapi tak pernah pun ajak orang-orang yang tak dapat kefahaman macam kita ni, untuk bersama-sama dengan kita. Tu dorang jadi macam tu.

( sambil tersenyum manis dan megusap-usap belakang teman)



Dakwah adalah CINTA.







Memang seperti itu dakwah.
 Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
 Sampai pikiranmu. 
Sampai perhatianmu.
 Berjalan, duduk, dan tidurmu. 
Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. 
Tentang umat yang kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.

Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik?

Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi.

Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.

Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… “

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari…

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”


( Ust Rahmat Abdullah)